Monday, September 16, 2024

Bogor - Initiatives of Change (IofC) Indonesia sukses menyelenggarakan kegiatan Trustbuilding Program (TBP) yang bertujuan untuk memperkuat modal sosial dalam menghadapi tantangan perpecahan di Indonesia. TBP meyakini bahwa kepercayaan adalah pondasi yang mampu merangkai persatuan masyarakat di tengah keragaman.

Selama tiga hari (12 hingga 14 September 2024), peserta dari berbagai latar belakang agama dan budaya terlibat dalam serangkaian sesi yang dirancang untuk memperdalam rasa saling percaya dan memperkuat hubungan lintas iman. Dengan menggunakan empat prinsip utama, yaitu Dimulai dari Diri SendiriPenyembuhan Luka SejarahKejujuran dalam Berdialog, dan Membangun Tim, TBP menawarkan pendekatan holistik untuk membangun kembali kepercayaan yang sering kali rapuh akibat perpecahan dan konflik.

“Materi yang diberikan dalam program ini mencakup berbagai topik penting, di antaranya Pemulihan SejarahDialog untuk PerubahanMembangun Tim untuk PemulihanActive ListeningInner ListeningRelationship Map, dan Lifestory Sharing. Setiap sesi dirancang untuk membantu peserta mengembangkan kapasitas kepemimpinan, terutama dalam menghadapi tantangan literasi agama dan penyembuhan luka batin,” kata Direktur TBP Miftahul Huda di Bogor, Sabtu (14/09/24).

Dalam penutupan acara, Huda menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan untuk terlibat dalam program ini. “Saya merasa sangat terhormat menjadi bagian dari kamp ini! Bersyukur atas orang-orang berharga yang telah kutemui dan momen tak terlupakan yang penuh tawa dan air mata. Mari kita bawa kenangan ini bersama dan terus bersinar bersama!” ungkapnya.

Miftahul Huda juga menekankan bahwa tujuan utama dari Trustbuilding Program ini adalah untuk memperkuat kapasitas para pemimpin muda dalam bidang literasi agama dan pemulihan luka batin. Selain itu, program ini bertujuan untuk memperkuat jaringan lintas iman dan mendukung kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam menjaga perdamaian di Indonesia.

Salah satu peserta, Khamal, mengungkapkan kesan mendalam terhadap sesi Relationship Map. "Sesi yang paling aku sukai adalah Relationship Map, karena ada hubungan yang harus aku perbaiki dan memang harus kubiarkan putus," ungkapnya. Peserta lain, Serin mengakui bahwa mereka sangat menikmati seluruh sesi yang diberikan, menganggapnya sebagai pengalaman berharga yang akan mereka bawa dalam kehidupan sehari-hari.

Program ini juga memberikan perhatian khusus pada masalah-masalah global yang dihadapi oleh para pengungsi. Pada acara ini, peserta berkesempatan untuk mendengar langsung kisah dari para pengungsi asal Afghanistan, yang membagikan pengalaman mereka terkait konflik akibat perbedaan keyakinan. Kehadiran mereka memberikan perspektif yang lebih mendalam tentang pentingnya dialog lintas iman dan pentingnya menjaga perdamaian.

“Kalau kami memiliki kesempatan untuk duduk bersama seperti ini, saya yakin perang tidak perlu terjadi,” ungkap seorang pengungsi yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Acara ini diharapkan mampu menjadi langkah awal bagi para peserta supaya terus terlibat dalam upaya membangun kepercayaan dan memperjuangkan perdamaian, baik di tingkat lokal maupun global. Dengan kepercayaan sebagai pondasi utama, TBP mendorong terciptanya komunitas yang lebih inklusif, saling mendukung, dan penuh keadilan.

Penulis dan Editor: Dhuha Hadiyansyah (Fasilitator TBP)