Friday, June 10, 2022

Trustbuilding Camp Yogyakarta Batch 3

Trustbuilding camp batch ke-3 berlangsung dari 27 hingga 29 Mei 2022, di Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Dengan menghadirkan 13 orang peserta dan dihadiri oleh 2 orang observer, Trustbuilding Program Initiatives of Change (IofC) Indonesia  bekerja sama dengan Keluarga Mahasiswa Advent Yogyakarta (KMAY) menggelar Trustbuilding Camp batch ke-3 setelah sukses menggelar batch ke-2 sebelumnya. Mengangkat tema “Heal The Past, Hope for the Future”, camp kali ini hendak mengambil langkah jauh ke depan untuk menatap masa depan bersama dengan memulihkan masa lalu dan menatap harapan di masa depan.

Di sesi bagian pertama, para peserta diajak untuk mengawali dengan “Starting With Yourself”, “lepaskan semua identitas yang melekat pada diri kita selama ini, dan temukan dirimu yang sebenarnya”, ujar Rinni Meir, trainer yang mengajak peserta untuk merenung kalimatnya dalam waktu hening (quiet time). Peserta kemudian saling berbagi sambil mengenal empat basis moral dari Initiatives of Change (IofC) Indonesia yang terdiri dari: kejujuran, ketulusan, ketidakegoisan, dan kasih sayang.

Selanjutnya, pada sesi kedua, yakni “Healing Historical Wound”, peserta dibagi dalam kelompok Kristiani dan Islam, mereka lalu menulis dan mendata apa saja yang dialami komunitas Kristiani dan komunitas Islam di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama kurun sepuluh tahun belakangan, khususnya menyangkut konflik yang mereka rasakan yang menjadi luka di masing-masing komunitas. Setelah mendata rentetan konflik atau luka-luka yang dialami masing-masing komunitas, kedua kelompok saling mempresentasikan hasil temuannya. “Luka-luka itu adalah monumen, tandai baik-baik letak lukanya—dan mulailah menyembuhkan luka itu di titik tersebut”, ungkap Ahmad Shalahuddin, trainer pada sesi ini.

Sesi ketiga, di “Honest Conversation”, peserta diajak untuk melakukan simulasi debat dan berdialog. Selain itu, di sesi ini peserta dibagi kelompok sesuai agama, kemudian juga diminta untuk saling menuliskan asumsi serta pertanyaan mereka terhadap agama lain, misalnya komunitas Islam ke komunitas Kristiani, demikian juga sebaliknya.  Di sesi ini, keseruan terjadi akibat bagaimana masing-masing kelompok membuka ruang dialog tentang asumsi mereka satu sama lain dan mencoba saling mengklarifikasi langsung.

Sesi keempat, sebagai sesi pamungkas, selain belajar bagaimana membangun leadership yang adaptif terhadap berbagai perubahan, para peserta juga diajak membangun tim yang solid dan efektif. Membangun tim dimulai dari membangun tim baru sebagai sebuah komunitas dan gerakan yang terus memiliki komitmen belajar satu sama lain. “Masih ada tuh banyak asumsi dan pertanyaan, aku yakin banyak yang belum selesai”, ungkap Ferdinata Sinalsal di sesi tindak-lanjut.

“Awalnya saya mengira seperti camp pada umumnya, ya ngomong tentang toleransi, ternyata berbeda”, tukas Sheryn Meivy, Wakil Ketua KMAY. “Ketika kita ingin berbagi cinta, berbagi kasih atau pun tolong-menolong dan toleran, kita harus mulai dari diri kita sendiri“, tutup Syafira Danela, selaku Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Jogja.

Ahmad Shalahuddin