Pay It Forward!
Seringkali terlintas sebuah keraguan apakah perbuatan baik yang kita lakukan kepada oranglain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka?
Saya terlahir sebagai seorang anak bungsu dari 4 bersaudara. Kedua orangtua kami sangat menyayangi kami, tetapi ada perbedaan yang sangat mencolok dimana saya merasa tidak memiliki kebebasan dalam memilih, dan sudah bertahun-tahun saya marah karena hal itu. Saya menyaksikan semua orang bebas bersuara, bebas memilih sekolah yang diinginkan, diperbolehkan keluar rumah di malam hari dan lain-lain. Ayah dan ibu tidak pernah mengizinkan hal yang sama kepada saya, saya hanya bisa mengikuti apa yang menjadi kemauan mereka, alasannya karena saya perempuan dan sulit bagi mereka untuk menjaga saya. Hal itu membawa saya menjadi pribadi yang takut dalam menyampaikan sesuatu, cenderung ikut-ikutan dan tidak memiliki sikap.
2011 mengenal IofC Indonesia. Saya merasa berada di tempat yang benar untuk belajar. Tuhan mengajak saya untuk berproses dalam mencapai kebahagiaan. Quiet time mendengarkan suara hati, bertanya pada diri sendiri tentang tujuan hidup, kemudian belajar untuk tidak mengeluh dan berfikir action apa yang bisa dilakukan untuk merubah keadaan. Saya memulainya dengan perlahan, mencoba berani untuk jujur mengenai ketidaknyamanan saya terhadap apa yang mereka lakukan. Saya ingin didengarkan, saya ingin melakukan sesuatu dengan tidak terpaksa, dan saya juga ingin mereka memberikan sebuah kepercayaan terhadap saya. Apa yang saya ucapkan tentu menjadi sebuah pukulan bagi orangtua, terutama ayah.
Saya makin ingin bergerak ketika mengikuti Inner Growth Program bersama Nandor Lim dan Jackie dimana semua tentang family dikupas secara mendalam. Terinspirasi oleh Tevor dalam film ‘Pay it forward’ yang berfikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi.
Saya melakukan eksperimen tersebut di dalam keluarga sendiri. Dengan komitmen untuk rajin berkomunikasi dan jujur kepada mereka, perlahan orangtua dan kakak-kakak saya mereka mau menurunkan sedikit egonya untuk mendengarkan dan mempertimbangkan ide-ide saya. Hal hal yang patut saya syukuri ialah kini mereka telah memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk belajar dimanapun, and.. stop treat me like a kid.
Wuri Komari