Selama 9 hari, Neas dari Papua kembali datang ke Asia Plateu untuk menghadiri UTSAV. UTSAV dalam bahasa Hindi adalah festival atau perayaan. UTSAT kali ini bermaksud sebagai perayaan 55 tahun Asia Platue, 50 tahun auditorium Asia Platue, dan perayaan gathering setelah pandemi 2 tahun lebih. Berikut inspirasinya:
Asia Plateau
Bagi saya, Asia plateau MRA training center adalah salah satu rumah untuk kembali. Setalah kembali, banyak memori lama yang yang dirindukan berdatangan kembali seperti menyanyi, bermain gitar, drum, story sharing dan banyak cerita lainnya. Dari tempat ini, banyak hal yang saya pelajari tentang kehidupan, tentang memaafkan, tentang menerima diri sendiri, dan tentang panggilan hidup. Banyak orang yang datang ke tempat ini dengan perjalanan hidup yang berbeda-beda. Lima tahun yang lalu, saya datang kesini untuk megikuti program magang selama enam bulan dari Agustus 2017 – Februari 2018. Saya pertama kali datang kesini dengan nekat, dengan bahasa Inggris saya yang pas pasan, tidak memiliki banyak uang, tanpa punya skill, dan tidak punya harapan tentang hidup. Ketika bertemu dengan banyak orang dari latar belakang berbeda, mendegarkan cerita pengalaman hidup, saya banyak belajar dari pengalaman hidup mereka. Terimakasih untuk teman se-angkatan, Uncle dan Auntie di kampus, mereka banyak membantu dalam pertumbuhan saya secara pripadi dan profesional. Sekarang, saya bisa mendirikan Yayasan Hano Wene (www.hanowene.org ) di Papua.
Inner Listening
Melakukan inner listening di Asia Plateau adalah pengalaman yang sangat berbeda. Saya sangat merindukan melakukan inner listening di Asia Plateau, karena suasana di Asia Plateau sangat tenang, jauh dari suara berisik, kendaraan, mendengarkan suara nyanyian burung, dan lingkungan yang bersih.
Selama melakukan inner listening saya dibayangi oleh kegiatan sosial di Papua. Melakukan pekerjaan sosial tanpa bayar itu tidak mudah, namun saya merasa terpanggil untuk pekerjaan ini, membantu adik-adik di pedalaman Papua untuk akses pendidikan. Banyak tantangan yang datang dari keluarga, dari teman-teman, dan organisasi lain. Dari semua tantangan yang ingin membuat saya untuk menyerah, yang paling berat adalah tuntutan dari keluarga untuk cepat menikah, memiliki anak, dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Saya selalu melawan apa yang dikatakan keluarga, dan saya bahagia dengan apa yang saja kerjakan sekarang. Tuntutan dari keluarga ini membuat saya tidak tenang untuk melakukan kegiatan sosial di Papua. Saya tidak tahu, organisasi yang saya pimpin ini bisa mendapatkan donor yang tetap sehingga saya dan teman yang kerja Hano Wene bisa dapat honor, tetapi saya selalu punya iman dan harapan, pasti suatu hari kami akan mendapat sponsor tetap. Mohon dukung doa untuk itu.
Sharing story
Di kehidupan saya sehari-hari banyak hal terjadi, baik itu hal positif dan negatif. Saya sering meceritakan pengalaman tersebut ke keluarga dan teman-teman dekat, tetapi tidak semua hal saya bisa ceritakan karena waktu yang terbatas. Di life story di family group ini adalah suatu kesempatan yang baik untuk saya bisa menceritakan tantang turning point kehidupan saya. Saya bisa menceritakan ke mereka dengan percaya diri tanpa ada khawatir. Kesempatan seperti ini tidak bisa saya temukan di lingkungan, di keluarga sendiri saya tidak bisa menceritan tentang kehidupan pribadi. Saya secara pribadi mengapresiasi juga kepada teman-teman di family group yang lain sudah menceritakan tentang kehidupannya, mendengarkan tentang kisah hidup mereka, saya merasa prihatin dan sebagai manusia ada masalah-masalah sama yang kami alami.
A Safe Space
Di IofC India, salah satu budaya yang saya suka adalah membuat safe space untuk bagi siapa pun. Kita semua bisa bebas berekspresi dan berbagi tentang apa yang dirasakan secara pribadi dan secara professional. Dengan safe space ini, saya mampu menceritakan tentang masalah politik yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan masyarakat di Papua. Kami orang Papua memiliki banyak pengalaman buruk terhadap pemerintah Indonesia, sampai saat ini pemerintah tidak bisa menyesaikan masalah yang ada di Papua.
Reconnecting
Reconnecting dengan teman-teman lama seperti Jamphel, Chuskit, Ngosih, Kelvin, Shany, Aparna, dan yang lainnya, lama kami berpisah setelah program internship dan outreach. Selain itu, karena COVID-19 sehingga tidak bisa berangkat keluar negeri dan bertemu. Utsav 2023 menghubungkan kami bertemu kembali dan bercerita tentang kehidupan di negara kami masing-masing. Kami juga bersepakat untuk saling mendukung di pekerjaan kami masing-masing. Kami berharap pertemanan kami tidak berhenti sampai di sini tetapi bisa berlanjut sampai kapanpun.
Mendapatkan Energi Kembali
Kehidupan normal selalu disibukkan dengan banyak aktivitas, kegiatan dan kerjaan. Sering saya menghabiskan banyak energi dan lupa waktu untuk istirahat. Utsav memberikan saya waktu yang banyak untuk bisa memikirkan tentang hidup saya. Banyak hal-hal kecil maupun besar yang telah saya lakukan tetapi saya lupa untuk mengapresiasi. Inner listening mengigatkan saya untuk mengapresiasi apa yang telah saya kerjakan. Ketika saya menyadarinya, ini memberikan saya semangat baru.
Meeting New People
Saya sangat senang sekali, di Utsav saya bisa bertemu banyak orang baru yang berasal dari berbagai negara, latar belakang, organisasi, dan suku. Sebagian besar dari mereka sudah bergabung dengan Initiative of Change sajak lama, hanya ada beberapa dari mereka yang baru bergabung. Masing-masing punya kisah perubahan secara personal change dan global Melalui Initiative of Change. Saya adalah satu anak muda beruntung yang bisa hadir dan berinteraksi langsung dengan mereka. Mendengarkan cerita mereka saya dapat terinspirasi, saya merasa tidak sendiri melakukan pergerakan perubahan di masyarakat karena banyak orang di luar sana yang melakukan perubahan.
Family Group
Banyak hal yang kami bisa berbagi tentang turning point of our life di family group meeting. Sebagian besar anggota tim di family group baru pertama kali bertemu. Mereka semua sangat baik, ramah, dan sabar mendegarkan cerita kehidupan dari kami. Setiap berbagi cerita, Mr. Chandreshwar Khan pindah tempat mendekat ke orang yang akan berbagi, karena dia tidak bisa dengar dengan baik dari jauh, karena beliau punya sedikit masalah dengan pendengaran. Hari terakhir pertemuan family group, kami membuat WhatsApp group, dengan begitu kami bisa update tantang kegiatan dan terus berbagi.
Stay with IofC Family in Pune and Bombay
Setelah kegiatan Utsav usai, sebelum pulang ke Papua saya berkunjung ke teman saya Navneesh Makkad di Pune, dia membawa saya jalan-jalan di Pune mengunjungi beberapa tempat wisata. Ia juga mengajak saya makan bersama di restoran makanan khas India. Saya sangat bangga memiliki teman seperti dia, dia sangat baik dan membantu saya selama berkunjung beberapa tempat di Pune. Dia memberikan saya internet agar bisa menghubungi Dwarka jemput saya di terminal bus di Mumbai dan juga mengantarkan saya di terminal bus untuk melanjutkan perjalanan dari Pune ke Mumbai.
Perjanan dari Pune ke Mumbai lebih dari dua jam menggunakan bus. Di Mumbai, saya dijemput Dwaraka di Dadar bus stop, dia mengantarkan saya ke rumah Leslie dan Mayuree. Karena perjalanan yang panjang membuat saya sangat capek, malam itu saya tidur disana. Mereka memberikan saya satu kamar untuk istirahat. Keesokan harinya, saya bangun pagi-pagi dan berjalan di Pantai Juhu. Pada siang hari, Leslie mengantar saya ke stasiun kereta api, saya melanjutkan perjalanan ke Mira Road mengunakan kereta untuk berkunjung ke keluarga Ishart Nawaz. Saya tigggal bersama Ishart dan keluarga selama tiga hari, mereka mengajak saya jalan kunjungi Pantai, sekolah anak jalanan, dan makan di restoran khas India. Saya sangat beruntung bisa memiliki keluarga teman-teman di India, mereka banyak membantu saya selama tinggal bersama mereka dan saya akan selalu berdoa yang terbaik untuk mereka, semoga Tuhan selalu melindungi dan memberkati mereka.
Meeting Christine from Papua-Netherlands and Culture night
Jauh dari rumah, saya bertemu dengan salah satu keluarga di suatu negara setelah sekian lama adalah hal yang tidak saya duga. Saya berterima kasih banyak kepada tim Utsav dan Uncle Suriesh, yang sudah membantu mengkoneksikan saya dengan kaka Kristina Wambrauw dari Initiative of Change Belanda. Kaka Kristin berasal dari suku Biak Papua yang sudah lahir besar di Belanda, dia adalah generasi ketiga orang Papua yang jadi warga negara Belanda. Karena masalah politik di Papua, ada banyak keluarga dari beberapa suku di Papua yang pindah hidup di negara Pasifik, Australia, dan Eropa. Salah satunya adalah keluarga Kristin Wambrauw. Kristina sering mengunjungi keluarga di Papua sebagai turis dengan mengunakan visa Belanda.
Pada saat culture night, saya, Yofrina (teman kami dari Indonesia), dan Kristina dari Belanda bergabung menjadi satu group, kami menyanyikan lagu Papua.
Penulis: Neas Wanembo
Editor: Ari Budi Santosa