Miftahul Huda Menjembatani Umat Beragama Bagi Perdamaian
Terbit 26 November 2015, 11:04 AEDT
L.Sastra Wijaya
Dibesarkan di pondok pesantren, Miftahul Huda sekarang menjadi salah satu aktivis Indonesia yang berusaha membuka dialog antar umat beragama di Indonesia guna membangun perdamaian lewat organisasi internasional Initiatives of Change (IoC) dengan penekanan perubahan harus dimulai dari diri kita sendiri.
Miftahul Huda dan istrinya, Nenden Ulfa sedang berada di Melbourne (Australia) bagi pertemuan internasional IoC sebuah lembaga non profit internasional yang sudah lama menjalankan aktivitas pelatihan berdasarkan prinsip non keagamaan agar dunia menjadi lebih baik.
Dalam beberapa kali percakapan dengan wartawan ABC Australia Plus Indonesia, L. Sastra Wijaya, Miftahul Huda mengatakan bahwa dia mengenal dengan IoC di tahun 2002 ketika masih kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di Jakarta.
"Saya mengenal IoC sejak tahun 2002 di Kampus UIN Jakarta, saat itu saya masih mahasiswa dan team IoC international mengadakan seminar, mereka dari latar belakang yang berbeda dan mereka membicarakan tentang perubahan dimulai dari diri sendiri."
"Walaupun ide ini tidak baru bagi saya, saya tertarik karena ide-ide perubahan dan nilai-nilai moralitas seperti kejujuran, keihklasan, kepedulian dan cinta kasih yang mereka sampaikan sama dengan yang saya yakini selama ini." kata Huda.
Miftahul Huda dan istrinya Nenden Ulfa di kantor pusat Asia Pasifik IoC di Melbourne. (Foto: Sastra Wijaya)
Menurut Huda, dia kemudian tertarik bergabung dengan IoC karena ketika itu menurutnya perubahan biasanya hanya bisa dilakukan oleh pemerintah atau politisi yang memegang kekuasaan, sehingga bila rakyat menghendaki perubahan, jalannya adalah seperti melakukan unjuk rasa.
"Namun dengan seminar itu saya diingatkan bahwa setiap manusia memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Saat itu saya sering marah atas ketidak adilan dan kesenjangan di Indonesia, tapi saya juga tidak berbuat apa-apa. Kalimat ini yang menginspirasi saya “It's better to light one candle than to curse the darkness” saya perlu melihat diri saya dulu, untuk menyalakan lilin dalam diri saya sebelum saya menjadi penerang bagi masyarakat." tambahya lagi.
Nama Initiatives of Changes baru dikenal sejak tahun 2001, namun sebelumnya lembaga ini dinamakan Moral-Rearmament (Mempersenjatai Diri Lagi dengan Moral), dengan markas besar di Swiss, dan Melbourne menjadi kantor pusat kawasan Asia Pasifik. IoC memiliki dasar spiritual tapi tidak melekatkan diri pada agama tertentu.
Menurut MIftahul Huda, dalam kegiatan sehari-hari, IoC menyelenggarakan pertemuan dan pelatihan di bidang seperti Program Kepemimpinan Yang Etis.
"Ini kita tujukan kepada anak-anak muda dan membekali mereka dengan nilai-nilai penting dalam kehidupan seperti etika sehingga begitu mereka dewasa, mereka siap menjadi pememimpin yang memiliki integritas dan komitmen terhadap etika dan moral."
"Kita juga memfasilitasi dialog antara Muslim-Kristen, dengan saling mendengar dan berbagi cerita untuk menjadi sahabat dan melayani masyarakat Indonesia."
"Hal lain adalah Sustainalble Living (Kehidupan Berkelanjutan), mengajak anak-anak muda untuk peduli lingkungan dan menajaga kelestarian lingkungan, dengan cara bersih-bersih tempat umum seperti memunguti sampah plastik disekitar danau situ Gintung di Ciputat dan menanam manggrove di daerah Pulau Seribu DKI Jakarta." kata Huda lagi.
Peristiwa serangan teroris di Paris baru-baru ini dan berbagai kejadian lain di seluruh dunia tampaknya membuat apa yang dilakukan oleh aktivis seperti Miftahul Huda ini semakin penting.
Bagaimana dia melihat situasi di Indonesia sekarang ini?
"Menurut saya Indonesia saat ini dalam kondisi politik yang aman dan alam demokrasi yang bebas. Ini kesempatan buat kita untuk bekerja keras membangun budaya damai dan menghidupkan nilai-nilai luhur Pancasila dan Keindonesian." kata Huda.
"Kita bisa berkaca kepada negara-negara di Timur Tengah yang dilanda krisis kepemimpinan dan terpecah belah. Saya tidak mau melihat Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia menjadi bencana dan hancur seperti di Afghanistan, Pakistan, atau negara-negara di Timur Tengah."
"Untuk itu saatnya kita menanam, membangun jiwa Indonesia untuk merdeka, bersatu, berdemokrasi, berkemanusiaan, sejahtera, bahagia dan damai dalam keberagaman." kata Huda lagi.
Miftahul Huda dan keluarganya berada di Australia selama dua bulan dan juga berinteraksi dengan masyarakat lain dan juga warga Indonesia lain di sini. Dia juga melihat adanya tantangan yang dihadapi oleh warga Indonesia yang tinggal di Australia.
"Saya sudah bertemu dengan beberapa warga Indonesia di sini. Saya mendengar di Melbourne, Komunitas Indonesia ada sekitar 50 organisasi, tapi apakah mereka saling kenal, saling bersinergi, berkolaborasi, bantu membantu? Untuk membangun visi dan impian Indonesia yang beragam, maju, berkeadilan dan menjunjung tingg nilai kemanusiaan." katanya lagi.
Miftahul Huda sudah terlibat dalam kegiatan IoC selama sepuluh tahun terakhir. (Foto: Sastra Wijaya)
Miftahul Huda sekarang aktif di IoC Indonesia, dan selama 10 tahun terakhir juga terlibat dalam usaha membangun dialog antar pemeluk agama di kawasan Asia.
Dia pernah membawa beberapa tokoh muda Islam Indonesia mengunjungi Patani (Thailand Selatan), Ho Chi Minh City (Vietnam) dan Mindanao (Filipina) untuk berbicara dengan masyarakat Muslim di sana guna belajar dan mendialogkan perubahan.
Di tahun 2011, Miftahul Huda juga terpilih untuk mengikuti program Duta Muda ASEAN dalam program IVLP (International Visitor Leadership Program) yang diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dimana dia dan para tokoh muda lain berkunjung selama beberapa minggu ke sana.